Sabtu, 11 Maret 2017

MAKALAH MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK


MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK 

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individual
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing : Nur Azizah, S.Sos.I., M.Si.

Disusun Oleh :
Choerul Fitroh               1522405007

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI 
PURWOKERTO
2016



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua anak-anak menampakkan kesenangan belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka sangat tinggi untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat dan ketahui. Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka.
Kreativitas pada anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas mereka dapat menjadi pribadi yang kreatif. Pada dasarnya, perbedaan setiap individu beraitan dengan jenis karakteristik yang diwarisi masing-masing individu tersebut dan yang membedakannya dari individu lain. Atau dimungkinkan pula kembali kepada sebab-sebab yang berkaitan dengan perolehan pengalaman-pengalaman tertentu, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan sekolahnya. Tidak diragukan lagi bahwa berkreativitas, baik dalam bidang keilmuan, seni, puisi atau bidang lainnya secara jelas menunjukan bahwa aktivitas menyendiri, berkreasi dan berinovasi itu memiliki peranan penting dalam masa modern. Dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakn upaya pengembangan kreativitas anak. Hal ini disebabkan masih sedikitnya literatur yang membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kretivitas pada anak.


B. Rumusan Masalah
1. A pa pengertian kreatifitas?
2. Apa ciri-ciri kreativitas?
3. Apa faktor pendukung kreativitas anak?
4. Apa faktor penghambat kreativitas anak?
5. Bagaimana strategi pengembangan kreativitas anak?

C. Tujuan Pembahasan
1.    Untuk mengetahui pengertian kreativitas.
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri kreativitas.
3.    Untuk mengetahui faktor pendukung kreativitas anak.
4.    Untuk mengetahui faktor penghambat kreativitas anak.
5.    Untuk mengetahui strategi pengembangan kreativitas anak.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas sangatlah banyak, dan mencakup beberapa makna yang tidak di capai kata sepakat. Pengertian ini tercermin dalam hasil dari berbagai proses sebagai pengantar menuju kretivitas. Kreativitas diartikan dengan suatu proses yang dengannya anak-anak kecil dapat mengaktualisasikan dirinya melalui pengalaman-pengalaman, dan yag mendorongnya untuk memperbaiki pengembangan dirinya, sekaligus memcerminkan individualisme dan kemandiriannya.[1]
Adapun contoh yang dapat menjelaskan definisi di atas yaitu dengan melakukan ineraksi yang luar biasa atau realistis, menghadirkan pengetahuan-pengetahuan masa lampau yang tidak terikat dalam prinsip-prinsip pada masa sekarang, menggunakan pengetahuan dan wawasan dengan cara dan langkah baru,menciptakan pengetahuan-pengetahuan yang sesuai dengan kondisi yang baru pula, menguji pemahaman-pemahaman yang baru, merangkai dan menyusun nama-nama atas seisi alam raya ini, berfikir fleksibel, bermain dengan pemikiran dan alat-alat, cenderung melakukan sesuatu yang baru lepas dari kebisaan, mengatasi permasalahan-permasalahan, dan peka terhadap kontrol/dominasi.[2]


Berikut ini adalah beberapa definisi kreativitas :
a.  Kreatifitas sebagai gaya hidup
Kretivitas yang dimaksud dalam hall ini mencakup banyak definisi yang berbentuk dalam ugkapan umum yang mencakup beberapa fenomena aktivitas seorang individu. Sebagai contoh, definisi yang diberikan oleh Hobkenz (1937) terhadap kreativitas ini adalah “Diri yang merespon ketika dipengaruhi secara mendalam dan enerjik”. Adapun yang dimaksud Hobkenz dari definisi ini adalah sikap yang diambil dari seorang individu itu, memberikan dampak yang sangat dengan cara mempengaruhi dalam diri seorang individu tersebut secara mendalam, kemudian meresponnya dengan segenap aspek dan dengan cara yang elegan[3]
b.  Kreativitas sebagai produk terbatas
Kreativitas dalam makna ini di definisikan dengan proses yang dilakukan oleh seorang individu dan mendorongnya untuk menemukan sesuatu yang baru baginya. Sedangkan pengertian “baru” sering di nisbahkan kepada individu itu, bukan dinisbahkan kepada sesuatu yang ditemukan dalam bidang yang didalamnya terdapat kreativitas.[4]
c.  Kreativitas sebagai proses rasionalisasi
Menurut Mirreshtine (1955) kreativitas adalah suatu proses yang mengandung pengetahuan yang detail mengenai bidang serta cakupannya, baik berupa pengetahuan-pengetahuan dasar, penetapan data teoritis dan melakukan eksperimen atas kebenaran data-data tersebut, kemudian menyampaikan hasil-hasilnya kepada orang lain.[5]

B. Ciri-Ciri Kreativitas
Berdasarkan analisis faktor, Guilford mengemukakan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yakni:[6]
a. Kelancaran (fluency), ialah kemampuan untuk menghasilakan banyak gagasan.
b. Keluwesan (flexibility), ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
c. Keaslian (originality), ialah kemampuan untuk memecahkan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.
d. Penguraian (elaboration), ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan terperinci, secara jelas dan panjang lebar.
e. Perumusan kembali (redefinition), ialah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berada dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang.
Karakteristik kepribadian menjadi kriteria untuk mengidentifikasikan orang-orang kreatif. Kepribadian menurut Guildford meliputi dimensi kognitif (misalanya bakat) dan dimensi nonkognitif (misalnya minat, sikap, dan kualitas temperamental). Menurut terori ini, orang-orang kreatif memiliki kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif.[7]

C. Faktor Pendukung Kreativitas Anak
Dalam perkembangannya untuk menunjang kreativitas anak, memiliki periode yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. Periode anak awal (early childhood) 2 tahun - 6 tahun
Pada periode ini orang tua sering dihadapkan pada problem tingkah laku, misalnya keras kepala, tidak menurut, negativistis, tempertantrums, mimpi buruk, iri hati, ketakutan yang irasionil (tidak masuk akal) pada siang hari dan sebagainya. Periode ini merupakan masa persiapan untuk masuk sekolah dasar.
Para psikolog menyebutkan pula periode prasekolah sebagai ‘’periode eksplorasi’. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang utamaa pada periode ini ialah menguasai dan mengkontrol lingkungannya. Mereka selalu ingin mengetahui apa dan bagaimana lingkungannya itu, bagaimana mereka dapat merupakan bagian dari lingkungan tersebut. Lingkungan yang dijelajah tersebut baik yang merupakan manusia maupun bendda-benda. Cara umum yang dilakukan anak-anak 2 - 6 tahun yaitu dengan bertanya sebab itu sering pula dikenal sebagai usia bertanya (questioning age).[8]


2. Periode anak akhir (late childhood) 6/7 tahun - 12/13 tahun
Pada periode ini mereka mulai memasuki sekolah dimana mereka akan mendapatkan pengetahuan penting yang berguna bagi kehidupan kelak dan mereka mulai memperlajari ketrampilan tertentu baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
Para psikologi menyebutkan dengen istilah usia kelompok (gang age). Saat ini, anak-anak mulai berusaha untuk menjadi anggota kelompok,biasanya dengan jenis kelamin yang sama.[9]
 Dalam mengembangkan kreativitas terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung upaya dalam menumbuhkankembangkan kreativitas. Berikut ini pendapat para ahli mengenai faktor-faktor apa saja yang mendorong peningkatan kreativitas.
Menurut Conny Semiawan dalam Adhipura (2001: 46), faktor pendorong dari segi lingkungan sekolah, bahwa kebebasan dan keamanan psikologis merupakan kondisi penting bagi perkembangan kreativitas. Anak merasa bebas secara psikologis jika terpenuhi persyaratan berikut ini:[10]
1. Guru menerima siswa sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kelebihan dan kekurangannyaserta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya anak baik dan mampu.
2. Guru mengusahakan agar siswa tidak merasa “dinilai” dalam arti yang bersifat mengancam.
3. Guru memberikan pengertian dalam arti dapat memehami pemikiran, perasaan dan perilaku siswa, dapat menempatkan diri dalam situasi siswa dan melihat dari sudut pandang siswa.
       Sementara Torancce dalam Supriadi (Adhipura, 2001: 47), mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa dikelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:[11]
a.    Menghormati pernyataan-pernyataan yang tidak biasa.
b.    Menghormati gagasan-gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa.
c.    Memberikan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri.
d.    Memberi penghargaan kepada siswa.
e.    Meluangkan waktu belajar bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
 Demikian juga Hurlock (1999: 11), mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:[12]
1. Waktu. Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan, konsep, dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinil
2. Kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif.
       3. Dorongan terlepas dari seberapa jauh potensi anak memnuhi standar orang dewasa. Untuk menjadi kreatif mereka harus terbebas dari ejekan dan kritik yang sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif.
       4. Sarana. Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya haru disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas.
       5. Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas. Ini dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga nama sekolah dengan menjadikan kreativitas, suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.
       6. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri.
       7. Cara mendidik anak. Mendidik anak secara demokratis dan permisif dirumah dan disekolah meningkatakan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya.
       8. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin besar dasar-dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Dalam konteks pengembangan kreativitas Amabile (dalam Goleman, Kaufman, dan Ray,2005) menyatakan adanya tiga komponen dasar kretivitas (tree component model) yang dari komponen tersebut bisa diajukan bentuk pengembangannya. Ketiga komponen yang dimaksud adalah:[13]
1. Domain-relevan skill  yaitu ketrampilan dalam bidang tertentu yang mencakup pengetahuan, ketrampilan teknis, dan bakat khususnya dalam bidang tertentu. Pengembangan pada domain ini bisa dilakukan melalui mata pelajaran tertentu misalnya bakat menulis dikembangkan melalui pelakjaran bahasa indonesia.
2. Cretivity-relevant skill Yaitu kemampuan berpikir kreatif yang memungkinkan ditemukannya kemungkinan-kemungkinan baru dalam penyelesaian masalah. Pengembangan pada domain ini bisa dilakukan dengan jalur kognitif berupa teknik peningkatan berpikir kreatif yang diberikan diluar jam pelajaran sekolah.
3. Taks-motivation yaitu dorongan untuk melakukan tindakan kreatif. Pengembangan dengan cara mendorong atau menciptakan suasana yang memungkinkan munculnya perilaku kreatif. Pada domain ini kreativitas tidak bisa diajarkan secara langsung karena itu yang bisa dilakukan guru adalah menjadi stimulator atau model memunculkan atau mempertahankan motovasi intrinsik siswa yang pada gilirannya akan memunculkan sikap dan perilaku kreatif.

D. Faktor Penghambat Kreativitas Anak
Dalam mengembangkan kreativitas, seseorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat memtikan kreativitasnya. Cropley dalam Adhipura (2001: 44), mengemukakan beberapa karakteristik guru yang cenderung menghambatketrampilan berpikir kreatif dan kesediaan atau keberanian anak untuk mengungkapkan kreativitas mereka:[14]
1. Penekanan bahwa guru semakin benar.
2. Penekanan berlebihan pada hafalan.
3. Penekan pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah.
4. Penekanan pada evaluasi eksternal.
5. Penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan.
6. Perbedaan secara kaku antara bekerja bermain dan menekankan makna dan manfaat dalam bekerja, sedangkan bermain adalah sekedar untuk rekreasi.
Amaible dalam Munandar (2004: 223) melihatnya dari sisi lain, ia mengemukakaan ada empat cara yang dapat mematikan kreativitas anak, yaitu evaluasi, hadiah, persaingan, dan lingkungan yang membatasi.[15]
a.    Evaluasi. Dalam memupuk kreativitas anak, guru hendaknya tidak memberikan evaluasi atau menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasipun dapat mengurangi kreativitas anak.
b.    Hadiah. Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternya tidak demikian. Pemberian hadiah dapat mematikan potensi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c.    Persaingan. Komperisi atau persaingan lebih kompleks dari pada pemberian evaluasi atau hadiah tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila anak merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan anak lain dan yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat memetikan kreativitas anak.
d.    Lingkungan yang membatasi. Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Jika belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, maka minat intrinsik anak dapat dirusak.

E. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak
Pada dasarnya setiap orang memeiliki kecenderungan berbakat dalam kreativitas dan memiliki kemampuan mengungkapka dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing orang tersebut dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Renzulli mengidentifikasin bahwa seorang anak dapat dikataakan berbakat jika mempunyai kemampuan intelektual umum diatas rata-rata, kreativitas yang tinggi, serta motivasi atau keterlekatan pada tugas yang tinggi pula.[16] Kreativitas sebagaimana yang didefinisikan williams memimiliki beberapa aspek mendasar yang menyusunnya, yaitu:[17]
1.    Ketangkasan; yaitu kemaampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pernyataan dalam jumlah yang banyak.
2.    Fleksibilitas; yaitu kemampuann untuk menhasilkan banyak macam pemikiran,dan mudah dipindah dari jenis pemikiran tertententu kepada jenis pemikiran lainnya.
3.    Orisinalitas; yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru atau dengan ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikirann-pemikiran jenius yang lebih banyak dari pada pemikiran yang telah menyebar atau telas jelas diketahui.
4.    Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk tertentu.
Kemampuan anak-anak dalam menentukan dan menguasai peran-peran dan gaya serta pola pikirnya memiliki beberapa tingkatan yaitu, anak yang suka meneliti dan selalu ingin tahu, bermain, dan berkreasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan anak-anak menjadi anak yang kreatif yaitu:[18]
1. Orang yang kreatif memiliki gaya atau cara tersendiri dalam masa-masa berkreativitas. Seperti menggunakan indera sebagai metodenya dalam menghimpun langkah-langkah kerja. Sehingga akan menggantungkan kepadanya ketajaman perasaan yang akan memberitahukannya mengenai hal-hal yang sesuai dan tidak sesuai dalam menghadapi suatu kondisi tertentu.
2. Indera itu menjadi sarana pertama yang dipegang oleh anak-anak dan manusia pada umumnya dalam mengetahui berbagai proses dan hubungan disela-sela kerja kreatif.
3. Harus membuka diri terhadap dunia luar supaya ikut merasa menjadi bagian. Hal itu dapat menjadikan anak-anak lebih dekat dengan berbagai hal yang mengelilinginya.
4. Harus membuka diri kepada dunia internal. Hal itu dapat menjadikan anak-anak menghormati atau mempertimbangkan kejadian-kejadian di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang dengan cara aturan dan tanpa membebankan. Secara tidak langsung hal itu juga dapat menjadikan anak-anak lebih enerjik yang membuka kesempatan bagi mereka untuk menemukan sesuatu secara lebih banyak.
5. Harus menyepadankan antara dirinya dengan sesuatu yang lebih besar, mencintai dan menikannya, hingga mampu berperan sebagai perilaku yang sebenarnya dalam kehidupan.
6. Hendaknya seorang anak memiliki tekad untuk berkarya dengan segenap kekuatan,dan kepercayaan diri.
Sebagai gambaran konkret, bahwa seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi itu ditandai dengan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut, antara lain:[19]
a.    Selalu ingin tahu.
b.    Memiliki percaya diri yang kuat.
c.    Memiliki sifat mandiri.
d.    Berani mengeluarkan pendapat.
e.    Berani mengambil risiko.
Salah satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak adalah dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran dengan bermain atau belajar sambil bermain dimana setiap materi yang akan diberikan harus dikemas dalam bentuk permainan.
Permainan merupakan kegiatan yang menyenangkan dilakukan oleh anak, dengan permainan anak dapat melakukakan banyak hal,salah satunya ialah meningkatkan kognitif anak dan anak akan mendapatkan informasi atau pengetahuan yang belum diketahuinya, sehingga anak akan berpikir kreatif untuk memasuki lingkungan bermainnya agar diterima teman sepermainannya, anak juga akan menciptakan sesuatu karya yang unik dan khas sesuai dengan pemikirannya, dan itulah yang dimaksud dengan kreativitas.[20]
Salah satu contoh bentuk permainan yang dapat mengembangkan kognitif kreativitas anak ini adalah permainan flashcard. Salah satu pemaanfaatan media flashcard ini, misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flashcard yang disimpan secara acak. Dengan cara berlari anak akan berlomba untuk mencari sesuai perintah. Media ini bermanfaat, selain mengash kognitif anak, juga melatih ketangkasan fisiknya. Dengan demikian, penggunaan permainan media flashcard ini akan brdampak positif pada perkembangan kreativitas anak usia dini.[21]


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan berbeda entah sifat masih gagasan atau sudah diekspresikan dalambentuk suatu karya. Kreativitas jika dilihat dari segi etimologikreativitas berasal ari bahasa inggris “creativity” yang mempunyai arti daya cipta dan dalam kamus berssae bahasa Indonesia kreativitas yaitu kemampua untuk mencipta.kreativitas juga diartikan kegiatan yang mendatangkan hasil dengan sifat baru, bermanfaat dan bisa dimengerti. Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya dan dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas.
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas anak yang kreatif. Anak yang kreatif biasanya memiliki rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan. Dan anak yang kreatif  cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil risiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Mengenai perkembangan kreativitasnya.
Untuk mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antar guru dan anak dalam proses belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya peran orang tua anak tersebut, kreativitas anak juga berkembang dengan hadirnya guru profesional yang kreatif sebagai pemicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdussaalam, amal. 2005. Mengembangkan Kretivitas Anak. Jakarta: Dar Sofha Amman.
Hidayah, rifa. 2009. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang: UIN Malang Press.
Khairani, makmun. 2013. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Susanto, ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.


[1] Amal Abdussaalam, Mengembangkan Kretivitas Anak, (Jakarta:Dar Sofha Amman, 2005), hlm.79.
[2] Ibid, hlm.28.
[3] Ibid. hlm 12.
[4] Ibid. hlm 18.
[5] Ibid. hlm 22.
[6] Ahmad susanto, perkembangan anak usia dini, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2012), hlm 117-118.
[7] Ibid. hlm 118.
[8] Makmun khairani, psikologi perkembangan, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo), hlm 62.
[9] Ibid. hlm 63.
[10] Ahmad susanto, perkembangan anak usia dini,... , hlm 123.
[11] Ibid. hlm 123.
[12] Ibid. hlm 124.
[13] Rifa hidayah, psikologi pengasuhan anak, (Malang: UIN Malang Press) hlm 120.
[14]  Ahmad susanto, perkembangan anak usia dini,... , hlm 125-126.
[15] Ibid. hlm 126.
[16] Rifa hidayah, psikologi pengasuhan anak,... , hlm 117.
[17] Amal abdussaalam, mengembangkan kretivitas anak, ... , hlm 29.
[18] Ibid. hlm 51-52.
[19] Ahmad susanto, perkembangan anak usia dini,... , hlm 129.
[20] Ibid, hlm 129.
[21] Ibid, hlm 130.

1 komentar:

  1. Betfred - casino, betfred, blackjack and more
    Betfred. The home of the 광주 출장샵 best in online gambling. 춘천 출장안마 With 오산 출장샵 a 수원 출장샵 100% deposit bonus and a 김해 출장마사지 great selection of live casino games.

    BalasHapus